Rabu, 11 Juli 2018

Menyeberang Jalan

Hari ini, aku pulang mengantongi emosi di dalam dada. Salah satu pelangganku bersikap tidak menyenangkan. Kusempatkan melupakan dalam sebuah tulisan dalam perjalanan tadi. Turun dari angkutan kota, aku segera masuk ke agen pengiriman barang. Pekerjaanku hari ini harus tuntas semua sebelum pulang ke rumah.

Hari sudah sore, tapi matahari masih begitu menyengat. Aku terlalu lelah untuk pulang jalan kaki. Aku ambil telepon genggamku untuk menghubungi ibuku, minta tolong dijemput. Suara dari seberang memberi tahu bahwa tidak ada kendaraan di rumah. Aku lihat seorang bapak berjalan menggunakan tokat di tangan dan membawa tas di bahu, saat aku baru saja hendak menggerutu. Bapak itu berjalan ke arahku, sambil beberapa kali tongkatnya terantuk pot tanaman di pinggir jalan.

Suara dalam batinku berkata: Bapak itu perlu kamu tolong, tapi bagaimana kalau kamu disangka hendak berbuat jahat kepada Bapak itu? Apakah bapak itu akan menyambut baik bantuanmu?

"Bapak mau kemana?" sapaku.
"Mau nyebrang." balasnya dengan memelototkan mata sepersekian detik, terkejut. Mata yang indah. Biru, sejernih sumber mata air.
"Saya bantu ya, pak." kataku kemudian mengenggam lengannya.
"Mau pergi kemana pak?"
"Ke Penas, mbak, BNN. Mau naik angkot."
"Angkot 18 ya pak?"
"Iya, Mba."
"Maju pelan-pelan ya pak" sembari kutuntun beliau menyebrang jalan.
"Sudah sampai, pak. Tunggu sini dulu ya saya carikan angkotnya."
"Mba mau pulang?"
"Iya, Pak. Jalan kaki mau pulang, barusan saya juga naik angkot 18, tapi dari kampung melayu."
"Ini, sudah ada angkotnya." kataku, lalu menuntunnya menuju angkot.
"Oh iya, mbak. Terima kasih ya." katanya melangkahkan kaki ke dalam angkot.
"Hati-hati ya, Pak." teriakku.

Kulihat bapak supir angkot tersenyum ramah ke arahku dari balik pintu, lalu pergi. Sesuatu yang jarang aku dapati di hari-hari biasa.

Kusebrangi lagi jalanan yang sama, berjalan pulang.

Ah, Tuhan, manis sekali. Terima kasih telah mengajari saya bersyukur untuk hal-hal yang sederhana. Terima kasih telah mempertemukan saya dengan orang yang berbeda-beda. Semoga Bapak tadi sampai ditujuannya dengan selamat, dihindarkan dari orang-orang yang jahat dan dipertemukan dengan orang-orang baik.


Akhir-akhir ini, aku jadi belajar dan lebih tau tentang bagaimana menikmati setiap kesulitan yang aku hadapi. Menggerutu tidak membuahkan hasil, hanya membuat semakin lelah. Menikmati, mensyukuri, ternyata jauh lebih indah. Membuat hal-hal terasa lebih indah.

Aku hapus kembali tulisan luapan emosiku tadi dan pulang dengan hati gembira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar