Senin, 05 April 2021

Memori

Hari itu aku mencaci diriku sendiri

Memeras air mata sejadi-jadinya

Tak guna membenci, kemudian aku memutuskan untuk mengampuni


Aku memilih berdamai

Ini pilihan yang telah aku ambil

Aku tak mungkin bisa kembali


Satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan terus berjalan

Melipat penyesalan, meletakkannya dibagian terdalam tas ransel yang kugendong

Sedikit lagi, tidak lama, kita akan sampai.

Senin, 01 Februari 2021

Kejutan Akhir Tahun

Pengalaman baru yang tak terduga ini, tidak mungkin akan aku lupakan.
Sekalipun artinya aku akan mengenang pula kebodohan ini selamanya. 
Tak aku sangka segala yang dulu aku kutuk, kini datang menghampiri. 
Seperti karma menuntut balas. 
Seperti menguji bagaimana aku menghadapi. 
Meski kepalaku penuh dengan tanya dan kutuk, aku memilih menampakkan tenang. 
Untuk pertama kalinya, aku memilih menyimpan ini baik-baik. 
Tak membiarkan seorang pun tau. 
Bukan karena aku takut mereka akan mengutukku. 
Aku hanya takut mematahkan hati mereka, merenggut senyum yang selama ini susah payah aku coba untai. 
Dan aku memilih remuk, berserak di lantai kamar. 

Tak aku sangka, aku melaluinya tanpa banyak keluhan. 
Sungguh baik Ia pengertian, tak menyusahkan. 
Sungguh aku mencintaimu, meski aku tau aku tak bisa memilikimu selamanya. 
Terima kasih telah hadir, terima kasih untuk hari-hariku yang tak sendiri. 
Terima kasih pengalaman baru yang mendebarkan namun seru. 
Berjuta maaf tak akan mampu menepiskan kesalahanku. 

Percayalah, Aku sayang kamu. 
Sungguh aku tidak membencimu. 
Aku benci kebodohanku. 
Aku benci keadaanku. 

Senin, 03 Agustus 2020

Reciprocal

among all the choices to hate you, I choose to love.
among all the reasons to leave you, I choose to stay.

listen carefully,
I might not be able to hold this for too long.
soon, I'll get drained and tired.
soon, I might feel stuck and need to move forward.

however, I still want to hold your hand as far as I can,

and I know exactly how it feels to be left behind,
I hope you don't have to experience it yourself.

Be here, be grateful,
Appreciate what you have while it lasts.

Senin, 10 Februari 2020

Kisah di balik layar

Entah apa mau isi kepala ini
Saat di rumah aku mendamba mereka yang tinggal sendiri
Saat jauh dari rumah, aku merindu mereka yang aku tinggalkan
Kenapa pikiran tak pernah letih membandingkan keadaan
Atau karena kita terbiasa begitu?

Mungkin sudah saatnya mendengarkan pesan para biksu
Aku harus lebih banyak belajar meninggalkan kenyamanan
Aku harus lebih banyak melakukan yang tak biasa kulakukan
Aku harus lebih banyak memahami apa yang kurasakan

Mataku terlalu sibuk memandang layar
Melihat mereka yang tak dekat
Dan tak sempat melihat apa yang di sekelilingku
Bukankah mereka yang benar-benar hadir yang semestinya memperoleh lebih banyak perhatianku

Mereka yang tampak di layar, sedang menyembunyikan kegelisahan hari ini
Mereka bilang bahagia hari ini, beberapa saat setelah mengusap air mata
Mereka bilang terima kasih atas rejeki hari ini, beberapa saat setelah mensyukuri yang tersisa dari yang terampas
Mereka bilang makan nikmat hari ini, beberapa saat setelah cukup lama menahan lapar

Mereka tak sempat menyiapkan kisah di balik layar untuk ditampilkan di depan layar

Rabu, 05 Februari 2020

Palu, Januari 2020

sekitar satu tahun yang lalu, aku menawarkan diri sebagai volunteer di kota ini 
kota yang diguncang bencana begitu luar biasa
saat itu, Tuhan tidak keluarkan surat izin
aku hanya bisa diam di rumah

hari ini, aku di sini, menangani pasca bencana
satu tahun lebih sudah berlalu, 
kota ini belum benar-benar pulih
puing-puing bangunan masih terhambur
kepedihan mereka masih belum murni hilang 

menyaksikan sendiri sisa-sisa bencana
menegakkan bulu kuduk 
Tuhan begitu luar biasa
tak satu pun sanggup melawan 


Rabu, 20 Februari 2019

Unsent love letter

Terima kasih untuk waktu yang pernah kita lalui bersama
Terima kasih untuk setiap pesan yang terbalas
Terima kasih untuk hembusan nafas bagi kupu-kupuku
Terima kasih untuk obrolan yang menyenangkan
Terima kasih untuk telinga yang mendengarkan
Terima kasih untuk kehadiran dalam mimpi
Terima kasih untuk menjadi yang pertama hadir saat membuka mata
Terima kasih untuk menjadi yang terakhir hadir saat mata terpejam

Terlebih dari semua itu....

Terima kasih telah membantuku mengenal diri lebih baik
Terima kasih telah memotivasiku memperbaiki diri
Terima kasih telah mengajarkanku bersyukur
Terima kasih telah mendekatkanku kembali pada Pencipta


Untuk pertama kalinya aku merasakan cinta yang berbeda
Aku pikir, aku mencintai pribadi seperti yang sudah-sudah
Ternyata aku mencintai ide dan idealmu dimataku

Aku pikir, aku akan menjadi mata air di tanah gersang yang kau tunggu
Aku pikir, kita akan dapat menyatu
Ternyata aku hanya angin yang berhembus memberi sedikit kesejukan dikala terikmu

Tapi kamu bagiku adalah sebuah petualangan baru di negara tak terduga
Aku seperti tak mengenal arah, tak tau harus kemana melangkah
Sekaligus menjadi perjalanan yang paling penuh kejutan

Tapi kamu bagiku adalah sebuah labirin
Aku mencoba semua jalannya
Namun tetap tersesat

Ah, jangan percaya apa yang baru saja aku tuliskan
Aku tak pandai mengutarakan

Hanya satu yang harus kamu tau
Namamu sudah ada dalam doaku sejak enam bulan yang lalu


- 200219. Surat menjelang lelap.

Jumat, 21 September 2018

Menunggu tanya


Hi, apa kabar?

Pesan singkat yang kemudian aku hapus cepat. Sesederhana itu pun aku tak sanggup. Tumpukan pertanyaan yang sudah memenuhi kepala, menanti dijawab, akhirnya kususun rapi. Kulipat kedua tanganku, aku sampaikan pesan pada Pimpinan. Kusampaikan kesulitanku hari ini, meminta saran apa yang harus kulakukan.

Ya, aku memang terlalu penakut untuk mengambil keputusanku sendiri. Atau mungkin aku hanya butuh diyakinkan atas keraguan yang tersimpan. Pekerjaan ini, sesungguhnya sangat kudambakan, hanya saja terlalu kecil nyali untuk meminta.

Bersediakah menanti? Sampai aku cukup bernyali menghadapi pasang-surutnya. Atau paling tidak sampai aku sanggup menyampaikan pesan gembira yang kau tunggu itu.

Ya, aku tau kau menunggu pesan itu sejak lama. Aku tau pula bahwa pesan gembira ini sebaiknya cepat disampaikan. Percayalah, aku paham betapa menyebalkannya menunggu. Tapi terbata lidahku setiap berhadapan denganmu. Ataukah sebetulnya aku pun menunggu, menunggumu bertanya.

Ya! Coba bertanyalah! Barangkali aku sanggup menjawab.