Senin, 16 Juli 2018

Semesta


Semesta, sekejap lalu kau buat hatiku berbunga-bunga. 
Kini aku tenggelam dalam gundah gulana. 
Mengapa aku tak pernah mampu menerka isi kepalamu?
Semesta, dengarkan lantunan doa yang kudaraskan sepanjang siang tadi. 
Semesta, ijinkan aku menikmati semua rasa itu. 
Rasa-rasa yang tak bisa aku ungkapkan. 
Yang kemudian aku tenun menjadi untaian doa. 
Semesta, ijinkan aku menikmati teriknya sinar matahari yang tanpa ampun menusuk tulang. 
Semesta, ijinkan aku menikmati setiap tetes air mata yang berderai di pipiku. 
Semesta, ijinkan aku menikmati suara debur ombak dihantam angin. 
Semesta, ijinkan aku melangkah beriringan denganmu. 

Rabu, 11 Juli 2018

Menyeberang Jalan

Hari ini, aku pulang mengantongi emosi di dalam dada. Salah satu pelangganku bersikap tidak menyenangkan. Kusempatkan melupakan dalam sebuah tulisan dalam perjalanan tadi. Turun dari angkutan kota, aku segera masuk ke agen pengiriman barang. Pekerjaanku hari ini harus tuntas semua sebelum pulang ke rumah.

Hari sudah sore, tapi matahari masih begitu menyengat. Aku terlalu lelah untuk pulang jalan kaki. Aku ambil telepon genggamku untuk menghubungi ibuku, minta tolong dijemput. Suara dari seberang memberi tahu bahwa tidak ada kendaraan di rumah. Aku lihat seorang bapak berjalan menggunakan tokat di tangan dan membawa tas di bahu, saat aku baru saja hendak menggerutu. Bapak itu berjalan ke arahku, sambil beberapa kali tongkatnya terantuk pot tanaman di pinggir jalan.

Suara dalam batinku berkata: Bapak itu perlu kamu tolong, tapi bagaimana kalau kamu disangka hendak berbuat jahat kepada Bapak itu? Apakah bapak itu akan menyambut baik bantuanmu?

"Bapak mau kemana?" sapaku.
"Mau nyebrang." balasnya dengan memelototkan mata sepersekian detik, terkejut. Mata yang indah. Biru, sejernih sumber mata air.
"Saya bantu ya, pak." kataku kemudian mengenggam lengannya.
"Mau pergi kemana pak?"
"Ke Penas, mbak, BNN. Mau naik angkot."
"Angkot 18 ya pak?"
"Iya, Mba."
"Maju pelan-pelan ya pak" sembari kutuntun beliau menyebrang jalan.
"Sudah sampai, pak. Tunggu sini dulu ya saya carikan angkotnya."
"Mba mau pulang?"
"Iya, Pak. Jalan kaki mau pulang, barusan saya juga naik angkot 18, tapi dari kampung melayu."
"Ini, sudah ada angkotnya." kataku, lalu menuntunnya menuju angkot.
"Oh iya, mbak. Terima kasih ya." katanya melangkahkan kaki ke dalam angkot.
"Hati-hati ya, Pak." teriakku.

Kulihat bapak supir angkot tersenyum ramah ke arahku dari balik pintu, lalu pergi. Sesuatu yang jarang aku dapati di hari-hari biasa.

Kusebrangi lagi jalanan yang sama, berjalan pulang.

Ah, Tuhan, manis sekali. Terima kasih telah mengajari saya bersyukur untuk hal-hal yang sederhana. Terima kasih telah mempertemukan saya dengan orang yang berbeda-beda. Semoga Bapak tadi sampai ditujuannya dengan selamat, dihindarkan dari orang-orang yang jahat dan dipertemukan dengan orang-orang baik.


Akhir-akhir ini, aku jadi belajar dan lebih tau tentang bagaimana menikmati setiap kesulitan yang aku hadapi. Menggerutu tidak membuahkan hasil, hanya membuat semakin lelah. Menikmati, mensyukuri, ternyata jauh lebih indah. Membuat hal-hal terasa lebih indah.

Aku hapus kembali tulisan luapan emosiku tadi dan pulang dengan hati gembira.

Selasa, 10 Juli 2018

I'm going to Jogja, soon!


Hi!
I’m now overwhelmed with excitement.




Yassssssss....!

Selama ini gue selalu takut dengan apapun yang berhubungan dengan seleksi, karena gue tau mostly jawabannya akan mengecewakan seperti yang udah-udah. Jadi, ketika dapet berita semacam ini gue langsung super bahagia yang ga lama kemudian berubah jadi cemas, dagdigdug serrr...


AKM ini adalah Akademi Kewirausahaan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Creative Hub Fisipol UGM. Intinya, nanti disini gue dan teman-teman lainnya akan belajar tentang pendampingan masyarakat untuk pengembangan wirausaha dan mengembangkan aktivitas usaha sosial. Gue tau info tentang AKM dari WAG Komunitas Plus. Awalnya, seperti gue bilang tadi, ragu untuk ikut, tapi akhirnya dua hari sebelum pendaftaran ditutup gue pun memberanikan diri mendaftar. Ga pake bilang apa-apa ke nyokap, langsung minta tandatangan untuk surat izin orang tua. Beruntungnya, nyokap ga nanya macem-macem dan langsung mengiyakan.

Lucunya gue tau lolos pun udah terlambat karena memory handphone penuh dan email ga otomatis ke sync. Baru tau pas dikabarin via WA oleh salah satu panitia. Ternyata pengumuman udah dari tanggal 8, yang mana itu udah dua hari lalu. Hari ini hari terakhir pengumpulan berkas nota kesepahaman, sedangkan konfirmasi bisa hadir atau engga hadir seharusnya terakhir kemarin tanggal 9. Bersyukur masih dikasih kesempatan sama panitia untuk tetep boleh ikut.

Awalnya gue juga udah sempet panik kepikiran nyari tiket kereta untuk berangkat ke Jogja. Tau sendiri dong cari tiket itu susyah susyah gampang, apalagi ini H-7 keberangkatan. Tapi kemudian gue inget, kan semua akomodasi dan transportasi dibiayai oleh C-Hub. Trus gue udah sempet juga kepo ke akun IG AKM, ternyata disana banyak komentar dari teman-teman yang lolos. Kepo sedikit dan taulah gue bahwa yang lolos ternyata keren-keren banget. Ada banyak yang sudah menjalankan usaha sosial dan aktif di kegiatan sosial. Minder pun menyerangggg..... but, hey, it’s time for me to learn more. Ketemu orang-orang keren artinya kesempatan buat gue untuk belajar dari mereka. Kapan lagi, ya kan? Gue ga boleh minder, gue harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Jadi ga sabarrrr......


Oh ya, sepertinya nanti selama sepuluh hari di Jogja peserta engga diperbolehkan menggunakan HP, semacem dikarantina gitu. Otomatis gue akan menghilang dari per-sosmed-an dan Flor Project akan tutup sementara. Jadi, seminggu ini akan gue pake untuk nyiapin kebutuhan selama AKM dan selesaiin orderan yang udah masuk.

Doakan semoga semua berjalan dengan lancar ya dan gue bisa kembali dari Jogja dengan selamat membawa ilmu-ilmu baru.

XOXO,


Adel.